Lima
Perkara yang Menghalangi Terkabulnya Doa
اَلْحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى
يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِي
Jamaah Jumat rohimakumullah,
Banyak ulama menyatakan bahwa setiap doa pasti dikabulkan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala berdasarkan penafsiran mereka terhadap
Al-Qur’an, surat al-Mu’min, ayat 60:
ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُ
Artinya: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu.”
Namun di sisi lain, para ulama juga sering berbicara
tentang hal-hal yang dapat mengakibatkan tertolaknya doa sebagaimana Rasulullah
sendiri pernah mengatakan bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa
dari orang yang hatinya lalai. Artinya sebetulnya tidak setiap doa pasti
dikabulkan oleh Allah karena ada sebab-sebab tertentu yang menghalanginya.
Sehubungan dengan itu, Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi
al-Haddad dalam kitabnya berjudul Nafaisul Uluwiyyah fi al-Masail al-Sufiyyah
(Dar al-Hawi, Cetakan I, 2003, hal 197) menjelaskan ada lima perkara yang
merintangi terkabulnya doa sebagai berikut:
وَ مَنْ لَا يُسْتَجَابُ لَهُ لِمَوَانِعَ وَ
عَوَارِضَ، قَدْ تَعَرَّضَ لَهُ فَمِنْ ذالِكَ: أَكْلُ اْلحَرَامِ
وَلُبْسُهُ وَلِإِصْرَارِ عَلىَ ظُلْمِ اْلعِبَادِ، وَالدُّعَاءُ مع
اْلغَفْلَةِ عَنِ اللهِ، لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ: "وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافلٍ". وَ مِنْهَا أَنْ
يَكُوْنَ قَاطِعًا لِأَرْحَامِهِ مُشَاحِناً لِبَعْضِ إِخْوَانِهِ اْلمُؤْمِنِيْنَ
وَهَاجِرًا لَهُمْ بِغَيْرِ حَقٍّ.
Artinya: “Doa seseorang bisa saja tidak
dikabulkan oleh Allah karena terhalang rintangan-rintangan tertentu seperti:
makan makanan haram, memakai pakaian haram, tak henti-hentinya menzalimi orang
lain, atau doa itu dipanjatkan dengan hati yang lalai terhadap Allah
sebagaimana disinggung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Ketahuilah
oleh kalian semua, sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari orang
yang hatinya lalai’. Atau rintangan itu karena telah memutuskan tali
silaturrahim, membenci saudaranya sesama mukmin dan tidak berbicara dengan
mereka tanpa alasan yang bisa dibenarkan.”
Jamaah Jumat rohimakumullah,
Dari kutipan di atas dapat diuraikan kelima perkara yang
dapat merintangi terkabulnya doa sebagai berikut:
Pertama”, memakan makanan
haram dan mengenakan pakaian haram. Darah dan daging kita berasal dari apa yang
kita makan. Doa orang yang darah dan dagingnya berasal dari rezeki yang haram
akan merintangi doa itu sampai kepada Allah. Demikian pula apabila pakaian kita
merupakan barang haram, maka Allah akan menolak doa itu. Oleh karena itu
siapapun yang menginginkan doanya diterima Allah, maka hendaklah ia menjauhkan
diri dari mengkonsumsi dan memakai barang-barang haram, baik haram karena
dzatnya atau karena proses mendapatkannya. Hal ini sesuai dengan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
sebagai barikut:
ثُمَّ ذَكَرَ
الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ
يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ
حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga
rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya
berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang
haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan
dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan doanya?”(HR Muslim).
Kedua, tak henti-hentinya menzalimi orang
lain. Allah sangat memperhitungkan perbuatan zalim seseorang kepada orang
lainnya sebagaimana hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Anas bin Malik
radliyallahu ‘anhu sebagai berikut:
وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يَتْرُكُهُ الله
فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا حَتَّى يُدَبِّرَ لِبَعْضِهِمْ مِنْ
بَعْضٍ.
Artinya: “Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh
Allah adalah kezaliman manusia atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan
urusannya.”
Hadits ini sangat penting untuk diperhatikan terutama bagi
mereka yang merasa doa-doanya banyak yang belum dikabulkan oleh Allah selama
ini. Bisa jadi penyebabnya adalah karena mereka sering berbuat zalim kepada
orang lain dan belum menyelesaikannya baik secara moral seperti memohon maaf,
maupun secara hukum seperti menyelesaikan masalahnya sesuai yang dijanjikan
atau menurut kesepakatan bersama.
Jamaah Jumat rohimakumullah,
Ketiga”, hatinya lalai terhadap
Allah. Yang dimaksud hati yang lalai terhadap Allah adalah orang yang melupakan
Allah dari kehidupan akherat dengan meninggalkan apa yang diperintahkan dan
melakukan apa yang dilarang-Nya. Kelalaian seperti ini akan menjadi rintangan
bagi terkabulnya doa sebagaimana hadits Rasulullah:
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيْبُ
دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ
Artinya: “Ketahuilah oleh kalian semua, sesungguhnya Allah
tidak akan mengabulkan doa dari orang yang hatinya lalai.” (HR
at-Tirmidzi).
Keempat”, memutuskan tali
silaturrahim. Menyambung silaturrahim adalah perintah Allah sebagaimana
ditegaskan di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ
ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٍ۬ وَٲحِدَةٍ۬ وَخَلَقَ مِنۡہَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ
مِنۡہُمَا رِجَالاً۬ كَثِيرً۬ا وَنِسَآءً۬ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِى
تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبً۬ا
Artinya: “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS An-Nisaa’:1)
Jamaah Jumat rohimakumullah,
Oleh karena itu orang-orang yang memutus silaturrahim
dengan adalah sama saja dengan orang-orang yang lalai terhadap perintah Allah
subhanahu wa ta’ala. Dengan demikian doa-doa mereka kepada Allah terkendala
oleh persoalan silaturrahim ini.
Kelima”, membenci saudaranya
sesama Muslim dan tidak berbicara dengan mereka tanpa alasan yang bisa
dibenarkan. Membenci kepada sesama Muslim bertentangan dengan
larangan-larangan sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berikut ini:
لاَ تَبَاغَضُوا ، وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ
تَدَابَرُوا ، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا ، وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ
أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ
Artinya: “Janganlah kalian saling membenci, saling
mendengki, saling membelakangi, dan saling memutuskan hubungan. Wahai
hamba-hamba Allah, hendaklah kalian bersaudara. Seorang Muslim tidaklah
dihalalkan untuk mendiamkan sesama Muslim lebih dari tiga hari.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
Sangat jelas bahwa membenci sesama Muslim
hingga putus komunikasi selama tiga hari saja sudah merupakan pelanggaran
terhadap larangan-larangan agama. Pelanggaran semacam ini menunjukkan lalainya
hati dari menaati perintah-perintah dan larangan-larangan Allah subhanu wa
ta’ala yang bisa berakibat tertolaknya doa hingga Allah tidak
mengabulkannya.
Jamaah Jumat rohimakumullah,
Demikianlah kelima perkara yang dapat merintangi
terkabulnya doa kepada Allah subhanu wa ta’ala. Kelima perkara tersebut dapat
diringkas menjadi tiga perkara yakni: pertama, sisi lahir dan batin seseorang
yang kotor; kedua, buruknya hubungan seseorang dengan Allah karena rendahnya
ketakwaan akibat hati yang lalai dan ketiga, buruknya hubungan seseorang
dengan sesama manusia karena seringnya melakukan kezaliman dan penuh kebencian.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dijaga oleh Allah dari kelima perkara di
atas sehingga doa-doa kita yang baik dapat diterima dan dikabulkan-Nya. Amin ya
rabbal alamin.
جَعَلَنا اللهُ
وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ: أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ
كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ
مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.

No comments:
Post a Comment