Translate

Sunday, November 17, 2013

SAJAK



BUKIT  PERAK

Wahai di pusaran rimba dan leladang  PARAA tua, puti
Aku adalah pondok  yang dulu kau tinggalkan , dan kau pergi sendirian
Pungut jejak luka pada setapak sejarah, lalu,  berlalu
Di sini,  antara paraa dan sawit, resam dan lalang
Utara dan tenggara  ku tersesat, udara tertegun dalam cerano
Di piuh musim, cerita tak tercatatdalam figura masa lampau
Orang-orang membangun bukit dan lalu  di puncaknya coba gapai nirwana
Dengan getar  jemari rentanya, harap piala nan teracung
Kan dihinggapi tetes  embut dari air mata angkasa, saripati
Kekisah percintaan dewa-dewa  di ketinggian kota suci
Hari merapuh doa seirama gemeratak  batu candi
Rerumah cinta yang haru kau urup dengan segenap jiwa LANGU
O putih, di puncak bukit berpayung perak yang terpancangkan
Tanpa ku jelma bebatang paraa, duku dan durian, semedi yang dharma
Bagi caya surya menyapa mengusap kaki cakrawala
Terus setia menghadap ketimur, membayangkan sehelaiselendang mayang
Berkibar sempana pelangi jadi  KARABENTANG, meski mulut sungai kian  nganga tersayat limbah
Sampai ketika orang-orang MELANGUN berlalu menuju rimba
Legenda jelma puing teringkus sesemak  purba, aku yang kubu ya, aku yang masih saja  setia dalam semedi menunggumu, putih sepila memahatku jadi batu , pada langit terkunci Di puncak bukit berpayung perak, buan tak pernah datang tuk tunggangan Menyeberang malam mengayuh mimpi seperti  terjanjikan  mimpiku  pendar sendiri, kekanak dusun lalu mengamitnya menjadikannya anai-anai, atau angan yang tersangai
Di sini kutuliskan secarik surat cinta  kesekian  kepada tuhan, sebagai pengembara pernah ku dengar  orang-orang menyenandungkan jolo, menguraikan KIYU lirih pengapek renta, pancang-pancang menyerumu  pengembara pulan kebukit payung perak kita biar siangi lagi runja tepian-tepian di bantaran, sebelum kabut turun jadi kelambu penyelubung  langu  dan langit  PUKAH beraikan biru “ wahai pulanglah, kepadamu kan ku hamparkan ranjang pengantin dalam hujan,  dan kita sepasang mepelai memangut ridu  nan membadai” dibukit perak,  pendar bulan tersimpan retak iyalah aku, puti.






CANDI TINGGI
*
Laut tepi pagarmu
Bau darah
Mahluk makan mahluk
**
Tanahberombak-kakimu
Teng!
Dan orang-orang ke puncak
***
Lipatan bukit-puncakmu
Jagat raya kecil
Pusatmu
****
Gunung meru meramal
Samudra mati
Tanah dan langit.










CANDI MATI SURI
**
Kau terus meronta mengadu
Dalam pusar bumi napas sesak
Hujan begitu rumit terkumpul
Sinar mentari tak bisa menembus bumi
Apa yang kau rasakan seperti dulu
Kau terus menghantui jiwa-jiwa lembut leluhur
Membujuk mengusap bumi
Kini kau mampu mengoyak bumi
Meski tubuhmu tidak begitu utuh
Kau mampu bangkit
Adakah cerita yang bisa kau gambar gemborkan
Adakah damai diantara perbedaan
Apa yang kau tawarkan pada masa kini
Sudah kau membaca celah-celah
Sehingga kau mampu membujuk menengok bumi
Lahir ke dua pada zaman yang berbeda
Kau mampu bangkit berikan lah keindahan
Di antara perbedaan.
***







PERSEMBUNYIAN CANDI
**
Angin menderu menyapu debu
Wajah tampak sedikit beda
Kebisuan telah lama terkubur
Kini ngucap sejarah
Petuah yang belum sempat di baca
Pada kata terukir di bata
Peradaban masa lampau
Megukir tirai negri
Provinsi jambi yang masih digali
Mencari wajah yang masih tersembunyi
Diantara barisan tanah kubur tak ada nisan
Oleh leluhur belum sempat
Memberi tanda-tanda.
***












SENANDUNG CANDI MUARO JAMBI
**
Sisa-sisa malam yang sempit
Malam bulan purnama
Sepi
Sunyi
Runcing cahaya menyilinap di atas stupa
Model alam semesta yang dibangun sebagai tempat suci
Membangkitkan asmara rinduku

Pada senandung lagu melayu
Mengalir deras dimuara hatiku
Menghembus angin di percandian
Tiba-tiba gerakan sisa malam yang sempit
Menampar sudut hati disela-sela
Arca prajnyaparamita
Dwarapala
Gajahsimha
Umpak batu
Lumpang lesung batu
Gong perunggu
***



CANDI BANGGAANKU
**
Susunan penuh arti
Tata letak penuh misteri
Bentukmu kuatkan diri

Sentuhanmu buatku melayang
Susunanmu buatku bimbang

Keberadaanmu panaskan langkah
Di tengah pelapah kehidupan merekah

Sejarahmu banggakan hati
Kokohkan keistimewaan muaro jambi
***












No comments:

Post a Comment

iklan